Treadmill dikerjakan untuk mendiagnosis adanya kelainan
jantung, selain melihat perkembangan kondisi jantung setelah kedapatan pernah
ada riwayat gangguan. Apa pun tujuan pemeriksaan treadmill, tentu perlu
diwaspadai. Tadinya untuk membantu menyelesaikan masalah jantung, malah bisa
menjadi korban akiabt melakukannya tanpa cukup cermat mempertimbangkannya
terlebih dulu. Di bawah ini contoh kasusnya.
Pak Sut hampir 70 tahun umurnya. Suatu pagi dia melakukan
treadmill di rumahnya. Belum sampai beberapa menit, terasa tidak enak di
badannya, agak sesak. Perasaan tak enak itu terbawa sampai siang hari.
Dua hari kemudian ia ke rumah sakit, dan dokternya melakukan
pemeriksaan treadmill. Belum sampai satu menit, Pak Sut tumbang, masih di atas
treadmill, dan nyawanya gagal tertolong. Apa yang terjadi? Jantung pak Sut
memang sudah bermasalah jauh hari sebelum kejadian itu, namun ia tak pernah
memeriksanya secara teliti.
Pak Sut merasa tidak pernah mengeluh apa pun sehubungan
dengan jantungnya, sehingga tidak berpikir jantungnya sudah bermasalah. Dan itu
terbukti, pemeriksaan treadmill memicu serangan jantung koroner yang tak
terelakkan. Pak Sut sebenarnya beresiko terserang jantung karena lemak darahnya
lebih tinggi dari normal.
Belum tentu spesifik
Betul, serangan jantung yang spesifik memang bisa diperikan
sebagai nyeri di dada. Rasa nyeri mulai dari seperti tertindih beban berat
sampai nyeri tidak enak di dada. Nyerinya menjalar dari dada ke lengan, pundak,
leher, dan punggung.
Nyeri dada disertai keringat dingin, mual, sampai muntah,
dan tentu sesak napas juga. Namun, tidak setiap nyeri atau rasa tidak enak di
dada, jantung penyebabnya. Sayangnya, tidak semua serangan jantung koroner
muncul sejenis itu. Adakalanya tidak muncul seperti itu. Mungkin hanya nyeri
selintas, dan hanya sesak napas saja.
Namun, melihat sumbatan koroner jantung Pak Sut di atas
sudah nyaris total, mestinya serangan koroner sudah pernah terjadi. Serangan
koroner mungkin sudah sering terjadi sebelumnya, meski tidak ia sadari.
Buktinya, melakukan kegiatan treadmill, pak Sut sudah tak
sanggup. Sebetulnya itu sudah menjadi petunjuk kalau jantungnya memang sudah
bermasalah. Mestinya, kalau Pak Sut menceritakan bahwa dua hari sebelumnya ada
riwayat tidak enak badan sehabis treadmil di rumah, dokter tidak akan melakukan
pemeriksaan treadmill di rumah sakit.
Pemeriksaan treadmill sendiri tidak mengendus kelainan
jantung koroner yang belum terlampau luas dan besar. Sumbatan yang masih kecil
tidak terdeteksi. Diperlukan pemeriksaan yang lebih detail untuk melihat adanya
kelainan koroner di jantung. Dengan MS-CT-Scan (multislices computerizes
tomography-scan), sudah bisa jelas melihat kelainan koroner sekecil apa pun.
Narasumber: dr.Handrawan Nadesul, dokter umum, pengasuh
berbagai rubrik kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar